Kendalikan Dirimu dari Diderot Effect

Ciee buat sobat CareerHack yang baru aja terima gaji.

Ciee juga yang baru punya uang saku tambahan, entah itu dari nyambi di sela kuliah ataupun beasiswa yang baru aja cair.

Ups, jangan sampai uang yang kita terima terhempas begitu saja yaa.

Gimana sih maksudnya minHack ini?

Iya, jangan sampai uang baru tiba di tangan, tapi sobat CareerHack udah langsung sibuk belanja hingga tak bersisa. Jangan sampai deh sobat CareerHack terkena Diderot Effect / efek Diderot!

Diderot Effect itu apa sih minHack?

Dilansir dari laman forbes, Diderot Effect atau dikenal dengan continous buying behaviour adalah “the introduction of a new possession into a consumer’s existence will often result in a process of spiraling consumption.”. Dengan kata lain Diderot Effect ialah kecenderungan untuk selalu menumpuk, menambah, dan meningkatkan (upgrade) sesuatu. Biasanya terjadi saat seseorang berkeinginan untuk terus membeli barang baru demi melengkapi / menyempurnakan barang yang telah dimiliki.

Contoh kasusnya gimana sih minHack?

MinHack beri beberapa contoh ya, diantaranya:

• Seorang A memiliki sebuah smartphone. Tapi ternyata memiliki smartphone saja tidak cukup, A juga perlu mendengarkan audio atau menonton video tanpa mengganggu orang lain, sehingga A memutuskan untuk membeli earphone. A juga ingin menyimpan smartphone-nya dengan keadaan aman, sehingga membeli wadah smartphone. Tidak berhenti sampai di situ, A juga senang olahraga, sehingga ia juga membeli smartwatch yang dapat terhubung dengan smartphone-nya. Terus begitu sampai terasa smartphone sudah dilengkapi dengan berbagai device pendukung lainnya.

• Seorang remaja memiliki sebuah baju kesayangan. Dengan itikad ingin tampil beda dengan bajunya tersebut, ia membeli vest agar mempercantik padanan bajunya. Ternyata masih ada yang kurang. Ia membeli kalung agar nampak semakin menawan. Terus begitu sampai terasa semua komponen yang cocok dengan baju kesayangannya tersebut terpadan dengan baik.

Bagaimana pendapat sobat CareerHack? Tanpa disadari, hal tersebut lumrah terjadi pada kita, bukan? Namun apakah hal tersebut baik? Belum tentu. Maka, solusi terbaik dari menghindari ganasnya Diderot Effect adalah dengan membatasi diri. Fumio Sasaki dalam bukunya yang berjudul “goodbye, things (hidup minimalis ala orang jepang)” menawarkan solusi “ekstrim” tapi aplikatif dengan menerapkan gaya hidup minimalis. Ia senang mengurangi barang kepemilikan hingga jumlah paling minimum dan hidup hanya dengan barang-barang yang itu-itu saja, agar fokus pada hal yang sungguh penting.

Kalau sobat CareerHack penasaran bisa langsung baca aja bukunya ya!

Lalu, apa impact yang akan didapatkan dengan membatasi diri dan menerapkan gaya hidup minimalis? Tentunya sobat CareerHack akan terhindar dengan yang namanya decision fatigue. Menurut psikolog sosial Roy F. Baumeister, manusia memiliki sumber daya terbatas untuk membuat keputusan sulit setiap hari. Karena membuat keputusan sulit itu memerlukan self-control / self-discipline.

Contoh: Steve Jobs dan Mark Zuckerbeg, yang menggunakan model baju itu-itu aja.

Bagaimana nih tanggapan sobat CareerHack? Menghindari diderot effect agar terhindar dari decision fatigue dengan cara membatasi diri dan menerapkan gaya hidup minimalis adalah ide cemerlang, bukan? Perlu diingat bahwa diderot effect ini merupakan hal yang manusiawi dan normal, kok. Hanya saja akan sangat merugikan diri sendiri, jika sobat CareerHack tidak dapat mengendalikannya dan tidak tahu alasan kenapa harus membelinya.

Jika sobat CareerHack memiliki ide lain agar terhindar dari diderot effect beri tahu minHack dengan cara menuliskannya di kolom komentar ya! Yuk brainstorming, kira-kira upaya apa lagi yang dapat dilakukan agar terhindar dari diderot effect yaaa?

Referensi:

Becker, J. (27 Oktober 2021): Understanding The Diderot Effect To Overcome Overspending, , diperoleh 26 Januari 2022, melalui situs internet: https://www.forbes.com/sites/joshuabecker/2021/10/27/understanding-the-diderot-effect-to-overcome-overspending/?sh=7bb1595616fe